Rabu, 04 Februari 2015

Pantai ujung langit

Menatap indahnya surga dunia di pantai ''ujung langit'' (meang, desa buwun mas kec. sekotong)
                                       

Selasa, 24 Juni 2014

Sunset Di Pura Batu Bolong

Pantai Senggigi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah tidak asing lagi di telinga wisatawan dalam dan luar negeri.  Obyek wisata pantai Senggigi merupakan pelopor dalam memperkenalkan pariwisata Lombok ke luar negeri.


Tahun 80-an, di sepanjang pantai di kawasan ini masih dipenuhi pohon kelapa, jalanan kurang terawat dan sempit. Namun, kini Senggigi berubah menjadi obyek wisata terkenal di Pulau Lombok. Siang hingga sore hari selalu diramaikan wisatawan. Apalagi malam hari, kehidupan malam pun dimulai dengan menjamurnya restoran dan kafe di kawasan itu. 



Melihat matahari terbenam (sunset) merupakan momen yang selalu ditunggu-tunggu wisatawan di sepanjang pesisir pantai barat Pulau Lombok. Banyak tempat untuk melihat sunset dengan latar belakang Gunung Agung di Pulau Bali. 



Salah satunya adalah Pura Batu Bolong. Lokasi Pura Batu Bolong tak jauh dari Senggigi. Bila Anda hendak menuju Senggigi dari Kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB, pasti melewati Pura Batu Bolong.
Pura Batu Bolong mengingatkan akan keberadaan Pura Tanah Lot di Tabanan, Bali, yang sama-sama berada di pinggir pantai. Hanya saja Pura Batu Bolong dengan pasir hitamnya memiliki lubang atau bolong di tengahnya sehingga dinamakan batu bolong.



Sejarah keberadaan Pura Batu Bolong tak lepas dari perjalanan seorang pendeta Hindu dari Jawa Timur, Dang Hyang Dwijendra ke Pulau Lombok yang melakukan perjalanan dari Jawa dan Bali. Beliau kerap berpindah-pindah tempat. 



Selain mengelilingi pantai selatan Pulau Bali, beliau melanjutkan peralanan spiritual ke kawasan Bali Utara. Seperti Pura Pulaki hingga ke Pura Ponjok Batu, sebelum melanjutkan perjalanan menyeberang ke Pulau Lombok.


Di tempat terakhir itulah Dang Hyang Dwijendra disebutkan sempat menolong beberapa orang bendega atau nelayan perahu yang karam dekat Ponjok Batu. Para bendega asal Lombok yang diselamatkan beliau itu konon turut mengantarkan Dang Hyang Dwijendra yang juga disebut dengan nama Ida Peranda Sakti Wawu Rauh sampai ke Lombok dan menjejakkan kaki di Batu Bolong.


Bagi umat Hindu, Pura Batu Bolong yang berhadapan dengan Selat Lombok dan Gunung Agung di Bali ini memiliki atmosfer spiritual yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan bagi para umat yang bersembahyang di pura ini.

Kamis, 12 Juni 2014

Pantai Surga


















WWW.L Suriadi.com



   




        
Salah satu tempat wisata favorit di Lombok adalah Pantai Surga. Pantai yang satu ini sangat terkenal dengan keindahannya. Pantai Surga ini terletak di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur dan sangat berdekatan dengan Teluk Ekas.
Tak salah kiranya pantai ini dinamai Pantai Surga. suasana alamnya yang seperti belum terjamah zaman membuat pantai ini terlihat begitu alami dari berbagai sisi.
Untuk mencapai pantai yang indah ini, Anda bisa menempuh jalur Praya Jerowaru, Lokasinya berdekatan dengan Teluk Ekas, jadi kemungkinan Anda untuk tersesat sangatlah kecil.
Kesan pertama ketika sampai di pulau Surga ini adalah panas, tapi semilir angin yang menyapa membuat suasana menjadi sangat sejuk, apalagi disana-sini banyak terdapat pohon kelapa.
Di salah satu sudut pantai terdapat sebuah resort yang sangat indah. Pengunjung di pantai ini tidak seperti pantai-pantai lainnya, mungkin inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari pantai Surga ini, tempatnya indah tapi sepi.

Garis pantai dari pantai Surga ini tidak terlalu panjang, jadi Anda bisa menjelajahi semuanya sampai puas. di kanan dan kirinya terdapat bukit yang idnah dan bebatuan yang sangat menawan.

Akpar Kampus Hijau







WWW.L Suriadi.com


Akpar mataram adalah salah satu perguruan tinggi yang ada di Nusa tenggara Barat dan satu-satunya akademi yang di akui sebagai sebuah Lembaga yang bergerak di bidang pariwisata. Mengapa tidak, akpar adalah pilihan yang sesuai bagi fomula yang ingin mendalami ilmu tentang tourism. Apabila dilihat dari perkembangan pariwisata NTB khususnya di Lombok, tingkat kunjungan wisatawan asing maupun local semakin meningkat pertahunnya, Dari itu akpar mengambil kesempatan untuk mengembangkan sumber daya Manusia yang berpotensi untuk memajukan pariwisata NTB. Untuk menjamin terlaksananya proses pengembangan, maka akpar harus berbenah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan sarana prasana kampus untuk menunjang proses tersebut.


Salah satu untuk meningkatkan sarana dan prasarana kampus adalah membuat taman kampus yang hijau yaitu memfokuskan area kampus akpar yang sebagian area kampusnya adalah taman, dengan membuat taman-taman yang hijau dan alami yang di sebut dengan the main green of akpar. Sistem landscape yang di terapkan oleh pihak kampus akpar sangat memberikan kenyamanan untuk proses perkuliahan.


Proses terciptanya the main green of akpar dengan cara penanaman pohon-pohon yang membuat rindangnya area kampus. Proses ini juga merupakan tujuan dari pariwisata Indonesia yatiu sapta pesona. Sapta pesona merupakan kondisi wilayah atau tempat yang harus diwujudkan untuk memperoleh kenyamanan. Kaitannya dengan proses the main green of akpar adalah dalam keindahan, sejuk dan kebersihannya.


Untuk menciptakanan keadaan atau menampilkan lingkungan yang menarik sedap dipandang mata, maka taman yang ada di Kampus akpar ditata sedemikian rupa supaya area kampus mengutamakan keindahan yang alami. Sejuk dalam arti luas merupakan kondisi yang nyaman, segar, sehat dan bersih. Apabila dilihat dari sudut pandang yang alam, lingkungan akpar sudah mengupayakan pada setiap tempat dengan cara penghijauan, menjaga kebersihan lingkungan serta mengatur sirkulasi udara segar dalam memperoleh manfaat untuk menjernihkan pikiran sehingga memberi dampak segar bugar pada jasmani dalam proses kegiatan apa saja yang dilakukan di akpar. Untuk memperoleh keindahan yang menarik pihak akpar menampilkan lingkungan yang sedap di pandang mata yang dapat di lihat dari segi letak, warna, bentuk gerak atau gaya yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat.




Rabu, 11 Juni 2014

Wisata Kuliner


WWW.Suriadidoank@gmail.com

Wisata Kuliner 
Diantara banyak makanan khas Lombok, Nusa Tenggara Barat seperti Ayam Taliwang, Plecing Kangkung dan Sate Bulayak, sayur Ares adalah yang paling unik. Betapa tidak, sayur ini terbuat dari pelepah pisang. Penasaran ?.
Ares adalah sayuran khas Lombok yang bahan utamanya berasal dari pelapah atau gedebok pisang yang masih muda. Rasa hidangan yang diolah dengan santan ini cukup unik, manis dan gurih. Cara pembuatan Ares adalah dengan mengupas batang pisang hingga menyisakan sedikit bagian dalamnya. Pastikan pohon pisang yang dipakai adalah batang yang belum memiliki bunga. Bagian inilah yang diiris tipis diberi garam, diremas-remas dan dicuci hingga bersih sebelum akhirnya diolah. Bumbu yang digunakan mirip menu kare yakni ketumbar, jintan, lengkuas, bawang putih, bawang merah, jahe, kemiri dan kunyit. Bumbu tersebut dimasak dengan pelepah pisang yang sudah dipotong-potong plus garam dan gula secukupnya. Sayur Ares juga bisa ditambahkan dengan daging. Oya, jangan gunakan penyedap rasa, karena akan merusak cita rasa sayur Ares.
Ares yang merupakan makanan tradisional Suku Sasak ini pada awalnya hanya disajikan saat acara begawe yakni acara makan-makan setelah berlangsungnya pernikahan. Jika dalam sebuah acara pernikahan, Ares biasanya dimasak dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan panci besar untuk memasaknya. Proses memasak dengan ukuran super ini biasanya memakan waktu hingga 1 jam. Setelah matang, Ares dipindahkan ke dalam panci yang lebih kecil atau piring agar lebih mudah untuk dibagikan. Banyak orang yang berpendapat bahwa tidak lengkap sebuah pesta pernikahan jika tidak ada hidangan Ares didalamnya. Kini Ares banyak ditemui di warung-warung biasa sebagai makanan sehari-hari. Jika Anda jalan di seputaran Mataram dan Cakranegara, ada banyak warung makan yang menjual Ares.
Masakan ini memiliki latar belakang yang cukup unik. Konon pada suatu masa pulau Lombok mengalami musim kekeringan yang sangat panjang sehingga tidak banyak tanaman yang bisa tumbuh. Bahkan banyak binatang ternak yang akhirnya mati karena kelaparan. Salah satu jenis pohon yang tetap bisa bertahan di tengah kekeringan adalah pohon pisang. Pohon pisang inilah yang kemudian menjadi pengganti rumput, makanan bagi ternak-ternak warga yang sudah kelaparan. Adalah seorang lelaki bernama Loq Ares yang melihat sapi-sapinya lahap memakan pelepah pisang. Dari situlah terbit ide untuk membuat sayur dari pelepah pisang yang masih muda. Oleh Ibu Ares, pelepah itu dipotong-potong dan diracik dengan menggunakan bumbu yang sudah ada di dapur. Setelah dimasak dan dirasakan, ternyata sayuran ini tidak kalah enak dengan makanan lainnya. Sejak itu, Loq Ares dianggap penemu masakan tradisional ini.
Sayuran Ares bisa menjadi alternatif bagi Anda yang kurang menyukai masakan pedas khas Lombok. Sayur ini cocok untuk makam malam atau sarapan. Ares lebih nikmat jika dimakan saat masih hangat dengan sepiring nasi putih.

Selasa, 10 Juni 2014

Tradisi dan Upacara di Lombok


WWW.Suriadidoank@gmail.com

 Tradisi dan Upacara di Lombok

1. Tari Oncer
Tari Oncer diciptakan oleh Muhammad Tahir dari Desa Puyung Lombok Tengah pada tahun 1960. Tarian ini dilakukan bersamaan yang terdiri dari kelompok. Bersamaan dengan tari Oncer adalah gamelan Gendang Beleq yang dipukul sambil menari. Penari tari Oncer akan melakukan berbagai gerakan, yang paling bisa dikenali adalah gerakan ikan sepat berenang. Karena diperagakan oleh banyak penari, tari Oncer plus Gendang Beleq selalu membawa suasana riuh ramai. Anda bisa menyaksikan tarian ini saat mengunjungi desa tradisional Sasak di Rembitan. Di desa ini tari-tarian ditampilkan untuk menghibur para wisatawan asing dan domestik.
2. Bau Nyale
Bau Nyale adalah event tahunan yang digelar di beberapa pantai di Lombok, seperti Pantai Kuta dan Pantai Segar. Setiap digelar Bau Nyale, warga setempat akan beramai-ramai untuk mengambil (bau) nyale (cacing laut) yang ada di pantai. Konon katanya, nyale ini memang tidak setiap hari keluar. Cacing ini hanya muncul pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak. Bau Nyale erat kaitannya dengan cerita legenda Putri Mandalika yang terjun ke pantai untuk menghindari perselisihan antara beberapa laki-laki yang ingin meminangnya. Nyale inilah yang menurut kepercayaan merupakan jelmaan dari Putri Mandalika.
3. Nyalamak Dilau
Nyalamak Dilau adalah selamatan laut atau disebut juga sebagai Nyalamak Palabuang. Selamatan ini sebagai bentuk rasa syukur sekaligus pengharapan agar hasil ikan tangkapan mereka meningkat. Prosesi biasanya menjadi ritual warga Dusun Toroh Selatan Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak. Warga disini akan melarung kepala kerbau (ditiba tikolok) ke lokasi batu karang di tengah laut. Tradisi ini biasanya dilakukan pada bulan Muharram. Biaya yang digunakan untuk menggelar prosesi ini sekitar Rp. 35 juta.
4. Pawai Ogoh-Ogoh
Pawai ogoh-ogoh dilaksanakan rutin tiap tahun tepatnya pada sehari sebelum nyepi. Pawai ini biasanya diikuti ogoh-ogoh atau patung yang berasal dari koordinator dari beberapa desa di Mataram. Arak-arakan dimulai dari Cakranegara yang merupakan pusat bisnis Mataram. Ribuan warga akan tumpah ruah menyaksikan pawai ini di sepanjang 11 kilometer pawai yang melewati jalan-jalan utama kota. Tetabuhan gamelan dan ogoh-ogoh aneka rupa akan menjadi pemandangan yang akan kita lihat selama parade.
5. Serah Ancak
Ritual serah ancak adalah kegiatan pada perayaan lebaran adat tinggi. Lebaran adat tinggi adalah ritual yang dilakukan 3 hari setelah Idul Fitri. Sedangkan Ancak adalah tempat membawa makanan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari anyaman bambu yang dilapisi daun pisang. Diatas daun pisang inilah terdapat makanan dan lauk pauk seperti urap, sate, ikan, daging ayam, daging kambing dan lain-lain. Masing-masing makanan yang diletakkan di Ancak adalah sumbangan dari segenap warga sekitar. Salah satu tempat yang masih melakukan serah ancak adalah warga di sekitar Masjid kuno Bayan Beleq. Di masjid inilah ritual ini dilakukan.
6. Nyongkolan
Nyongkolan adalah tradisi dimana sepasang pengantin di arak beramai-ramai menuju rumah mempelai wanita. Arak-arakan diramaikan dengan aneka tetabuhan alat musik dan kesenian khas Sasak. Nyongkolan bertujuan agar semua warga setempat tahu bahwa pasangan tersebut sudah sah menjadi sepasang suami istri. Nyongkolan biasanya akan sering kita temui saat akhir pekan. Karena pada akhir pekanlah biasanya keluarga-keluarga di Lombok menggelar pesta pernikahan.
7. Malean Sampi
Malean sampi mirip dengan karaban sapi di Madura. Dalam bahasa Sasak, malean sampi artinya mengejar sapi. Dalam acara ini yang dikedepankan adalah kemampuan seseorang mengendalikan sapi yang dilengkapi dengan beberapa perlengkapan seperti gau, ayuga, samet dan serumpungan atau kerotok. Malean sampi diadakan pada sebidang tanah sawah dengan panjang kurang lebih 100 meter dalam kondisi terendam air. Acara masih kerap digelar di Narmada sebagai ucapan rasa syukur para petani dan peternak sekaligus menjadi tontonan budaya.
8. Presean
Jika di tempat lain pertarungan antara dua orang dilarang, di Lombok justru sebaliknya. Ya, presean adalah pertarungan antara dua orang lelaki Sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan memakai perisai sebagai pelindung yang terbuat dari kulit kerbau tebal (ende). “Pertarungan” main-main ini dulunya hanya dilakukan saat upacara adat, namun sekarang makin sering dilakukan khususnya pada saat perayaan kemerdekaan RI. Presean juga menjadi daya tarik wisata karena unik dan seru. Jika Anda ke Sade, Rembitan, kita bisa melihat presean sebagai salah satu atraksi untuk menghibur wisatawan.


Wisata Religi


WWW.Suriadidoank@gmail.com

WISATA RELIGI MAKAM "LOANG BALOQ" DI PULAU LOMBOK
      Pantai Ampenan di Pulau Lombok terlihat begitu tenang. Deburan ombak  bergulung berkejaran tak jauh dari bibir pantai.  Sementara pohon kelapa  yang menaungi tanaman perdu disekitarnya, terlihat melambai-lambai menyambut sore tiba. 
    Di seberang jalan, tidak jauh dari Pantai Ampenan, angin  semilir   terasa mendekap pohon tinggi menjulang. Di bawah pohon beringin itulah telah bersemayam jasad tokoh masyarakat yang disegani. Makam tersebut sangat dikeramatkan.


     Makam Loang Baloq, begitulah masyarakat setempat menyebutnya. Loang Baloq bukanlah nama seseorang, tapi Loang Balok merupakan bahasa Sasak yang berarti pohon beringin yang berlubang.  Pohon beringin itu sendiri diyakini sudah berumur ratusan tahun, terlihat akar dan batang yang sangat tua. 
     Makam Loang Baloq sebenarnya komplek pemakaman. Di komplek makam itu telah bersemayam puluhan jasad dan di lingkungan makam ditumbuhi sejumlah pohon kamboja layaknya pemakaman-pemakaman pada umumnya.
     Namun, dari makam -makam yang ada,  ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam tersebut satu diantaranya berada di dalam lubang besar yang terbentuk dari akar-akar pohon beringin, satu lainnya di lubang sisi lain, dan satu lainnya lagi disamping pohon beringin.
    Makam yang berada di lubang persis di bagian bawah pohon beringin adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak,  sedangkan di lubang bagian samping makam Anak Yatim dan di bagian luar masih disamping pohon beringin terdapat makam Datuk Laut.
    Makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak sudah dikeramik putih, berbentuk empat persegi panjang dengan lubang di tengah. Di lubang tengah itulah para peziarah biasa menaburkan bunga.
    Meski makam itu sudah dikelilingi batang dan akar pohon beringin, tapi untuk masuk ke makam tersebut telah dibangun pintu masuk tersendiri. Di samping pintu masuk, telah disiapkan air untuk peziarah. Disamping pintu masuk juga telah tersedia mushola.


    Sedangkan makam Anak Yatim berada di luar, disamping makam Maulana Syech Abdurrazak. Makam yang masih dilingkupi  batang dan akar pohon beringin itu, berada dibagian luar, hanya bersekat akar dan bagian batang pohon beringing. Ukurannya pun relatif kecil. 
    Sementara makam Datuk Laut, tidak berada langsung di bawah pohon beringin, tapi disamping makam Anak Yatim. Makam yang sudah dikeramik hitam itu berada di dalam bangunan permanen berukuran sekitar 3X4 meter.
     Data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Mataram, berdasarkan sejarah, pada tahun 1866, seorang ulama besar bernama Maulana Syech Gaus Abdurrazak yang berasal dari jazirah Arab datang ke Palembang.
    Dari Palembang, ulama besar itu melanjutkan perjalanan dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram.  Ketika berada di daerah itu Maulana Syech Gaus Abdurrazak menyampaikan petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat, tidak hanya di Mataram tapi juga di Pulau Lombok.
     Makam-makan tersebut hingga kini sering  dikunjungi para peziarah dari Pulau Lombok maupun dari daerah lain.  Para peziarah yang datang ke makam biasanya berdoa semoga arwah beliau diterima disisi Allah Swt.
    Selain itu, ada pula peziarah yang melangsungkan upacara potong rambut anak yang masih balita (ngurisang). "Upacara seperti ini sudah dari leluhur dan di sinilah nenek moyang kami. Karena itu, setiap ngurisang, tempatnya di makam ini,"  kata seorang warga yang sedang menggelar upacara potong rambut anaknya.

    Usai berziarah, pengunjung makam Loang Baloq biasanya juga menyempatkan diri menikmati keindahan Pantai Tanjung Karang, Ampenan. Pantai dengan pohon kelapa yang berjajar di tepiannya, menghampar di depan komplek makam.
     Makam Loang Baloq berada di Kelurahan Tanjung Karang, Ampenan, Kota Mataram. Komplek makam itu tidak jauh dari pusat kota Mataram, hanya sekitar tiga kilometer.
     Untuk menuju komplek makam Loang Balok, sangat mudah, karena kompek makam dan pantai Ampenan hanya terbelah oleh jalan lingkar Kota Mataram yang sudah beraspal.
    Nah, jika anda berwisata ke Pulau Lombok, tidak hanya wisata alam, seni, budaya dan kuliner saja yang bisa dinikmati, tapi ada juga wisata religi yang patut dipertimbangkan untuk masuk agenda kunjungan.