Selasa, 10 Juni 2014

Tradisi dan Upacara di Lombok


WWW.Suriadidoank@gmail.com

 Tradisi dan Upacara di Lombok

1. Tari Oncer
Tari Oncer diciptakan oleh Muhammad Tahir dari Desa Puyung Lombok Tengah pada tahun 1960. Tarian ini dilakukan bersamaan yang terdiri dari kelompok. Bersamaan dengan tari Oncer adalah gamelan Gendang Beleq yang dipukul sambil menari. Penari tari Oncer akan melakukan berbagai gerakan, yang paling bisa dikenali adalah gerakan ikan sepat berenang. Karena diperagakan oleh banyak penari, tari Oncer plus Gendang Beleq selalu membawa suasana riuh ramai. Anda bisa menyaksikan tarian ini saat mengunjungi desa tradisional Sasak di Rembitan. Di desa ini tari-tarian ditampilkan untuk menghibur para wisatawan asing dan domestik.
2. Bau Nyale
Bau Nyale adalah event tahunan yang digelar di beberapa pantai di Lombok, seperti Pantai Kuta dan Pantai Segar. Setiap digelar Bau Nyale, warga setempat akan beramai-ramai untuk mengambil (bau) nyale (cacing laut) yang ada di pantai. Konon katanya, nyale ini memang tidak setiap hari keluar. Cacing ini hanya muncul pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak. Bau Nyale erat kaitannya dengan cerita legenda Putri Mandalika yang terjun ke pantai untuk menghindari perselisihan antara beberapa laki-laki yang ingin meminangnya. Nyale inilah yang menurut kepercayaan merupakan jelmaan dari Putri Mandalika.
3. Nyalamak Dilau
Nyalamak Dilau adalah selamatan laut atau disebut juga sebagai Nyalamak Palabuang. Selamatan ini sebagai bentuk rasa syukur sekaligus pengharapan agar hasil ikan tangkapan mereka meningkat. Prosesi biasanya menjadi ritual warga Dusun Toroh Selatan Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak. Warga disini akan melarung kepala kerbau (ditiba tikolok) ke lokasi batu karang di tengah laut. Tradisi ini biasanya dilakukan pada bulan Muharram. Biaya yang digunakan untuk menggelar prosesi ini sekitar Rp. 35 juta.
4. Pawai Ogoh-Ogoh
Pawai ogoh-ogoh dilaksanakan rutin tiap tahun tepatnya pada sehari sebelum nyepi. Pawai ini biasanya diikuti ogoh-ogoh atau patung yang berasal dari koordinator dari beberapa desa di Mataram. Arak-arakan dimulai dari Cakranegara yang merupakan pusat bisnis Mataram. Ribuan warga akan tumpah ruah menyaksikan pawai ini di sepanjang 11 kilometer pawai yang melewati jalan-jalan utama kota. Tetabuhan gamelan dan ogoh-ogoh aneka rupa akan menjadi pemandangan yang akan kita lihat selama parade.
5. Serah Ancak
Ritual serah ancak adalah kegiatan pada perayaan lebaran adat tinggi. Lebaran adat tinggi adalah ritual yang dilakukan 3 hari setelah Idul Fitri. Sedangkan Ancak adalah tempat membawa makanan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari anyaman bambu yang dilapisi daun pisang. Diatas daun pisang inilah terdapat makanan dan lauk pauk seperti urap, sate, ikan, daging ayam, daging kambing dan lain-lain. Masing-masing makanan yang diletakkan di Ancak adalah sumbangan dari segenap warga sekitar. Salah satu tempat yang masih melakukan serah ancak adalah warga di sekitar Masjid kuno Bayan Beleq. Di masjid inilah ritual ini dilakukan.
6. Nyongkolan
Nyongkolan adalah tradisi dimana sepasang pengantin di arak beramai-ramai menuju rumah mempelai wanita. Arak-arakan diramaikan dengan aneka tetabuhan alat musik dan kesenian khas Sasak. Nyongkolan bertujuan agar semua warga setempat tahu bahwa pasangan tersebut sudah sah menjadi sepasang suami istri. Nyongkolan biasanya akan sering kita temui saat akhir pekan. Karena pada akhir pekanlah biasanya keluarga-keluarga di Lombok menggelar pesta pernikahan.
7. Malean Sampi
Malean sampi mirip dengan karaban sapi di Madura. Dalam bahasa Sasak, malean sampi artinya mengejar sapi. Dalam acara ini yang dikedepankan adalah kemampuan seseorang mengendalikan sapi yang dilengkapi dengan beberapa perlengkapan seperti gau, ayuga, samet dan serumpungan atau kerotok. Malean sampi diadakan pada sebidang tanah sawah dengan panjang kurang lebih 100 meter dalam kondisi terendam air. Acara masih kerap digelar di Narmada sebagai ucapan rasa syukur para petani dan peternak sekaligus menjadi tontonan budaya.
8. Presean
Jika di tempat lain pertarungan antara dua orang dilarang, di Lombok justru sebaliknya. Ya, presean adalah pertarungan antara dua orang lelaki Sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan memakai perisai sebagai pelindung yang terbuat dari kulit kerbau tebal (ende). “Pertarungan” main-main ini dulunya hanya dilakukan saat upacara adat, namun sekarang makin sering dilakukan khususnya pada saat perayaan kemerdekaan RI. Presean juga menjadi daya tarik wisata karena unik dan seru. Jika Anda ke Sade, Rembitan, kita bisa melihat presean sebagai salah satu atraksi untuk menghibur wisatawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon berkomentar yang sopan.